Thursday 19 January 2012

3 Sifat Abu Bakar Dalam Solusi Ummat

1.Tidak menginginkan kekuasaan
2.Ucapannya lembut
3.Tidak terkesan dengan suasana didalam metaati Allah dan RasulNya




Ketiga sifat Abu Bakar ini lah yang menjadi asbab selesainya masalah ummat


1.Tak Inginkan Kekuasaan




Keadaan ummat setelah nabi wafat begitu kacau kesedihan menimpa seluruh penduduk madinah, Umar mencabut pedang keliling Madinah sambil berteriak: Siapa mengatakan Rasulullah SAW wafat akan saya bunuh. Ustman dan Ali hanya berdiam diri di masjid. Abu Bakar dengar kematiaan Rasulullah SAW terus datang kerumah nabi. Isteri-isteri beliau langsung berhijab kecuali Aisyah ra. Abu Bakar cium kening nabi SAW sambil berkata: Keindahan wajah mu sama saja baik ketika engkau hidup ataupun sudah wafat setelah itu Abu Bakar berkhutbah di masjid.




Setelah ummat tenang mereka mula bermusyawarah tentang siapa yang akan menggantikan Rasulullah berkumpullah mereka di Tsaqifah.

Orang Muhajirin usulkan khalifah dari mereka orang Ansor juga demikian. Bahkan ada usulan agar Ansor memiliki amir sendiri dan Muhajirin memiliki amir sendiri.




Maka Abu Bakar berkata: Tidak. Itu adalah adat jahiliah. Islam telah satukan kita harus ada satu amir yang di taati ummat. Lalu siapa? “mereka sepakat angkat khalifah dari kabilah Rasulullah SAW iaitu Quraisy. Mereka datang kepada Abu Bakar ingin ba’iat, tetapi Abu Bakar menolak dan katakan: Tidak, saya orang lemah! Datang lah kepada Umar, dia orang yang kuat dan dia orang yang nabi SAW katakan: “kalaulah ada nabi sesudah ku maka Umar orangnya.”




Ketika sahabat datang ingin ba’iat Umar maka Umar ra marah dan berkata: Tidakkah kalian baca Al-Quran surah Attaubah, Idz humaa fil ghoorr siapakah keduanya itu? Ialah Abu Bakar.

Mereka datang lagi kepada Abu Bakar, beliau katakan: Datanglah kepada Abu Ubaidah Ajjahrah, dialah orang yang paling terpercaya dikalangan ummat ini.

Abu Ubaidah katakan hal yang sama dan bacakan surat Attaubah. Akhirnya Abu Bakar tak berdaya menolak kerana melihat ummat semakin kacau. Dan selama tiga hari Abu Bakar umumkan di masjid siapa yang bersedia menggantikan dia.




Jadi ke khalifahan Abu Bakar bukan kerana kehendaknya tetapi kehendak ummat.




Suatu waktu Abu Bakar jumpa seorang sahabat yang tak hadir saat pembaiatan. Dikatakan kepadanya: Wahai Abu Bakar! Kamu yang mengajarku jangan menjadi amir walaupun untuk dua orang tetapi kini engkau menjadi amir seluruh muslim bagaimana ini?”

Dengan hikmahnya, Abu Bakar membawanya ke tempat yang sepi dan menjelaskan bagaimana kacaunya keadaan ummat saat ini kalaulah tak jadi khalifah.




Ada seorang sahabat bernama Khalid bin Saad. Yang belum ba’iat kepada Abu Bakar, padahal semua sahabat sudah melakukannya.

Namun Abu Bakar tak marah, tak katakan: “Kamu bughot, penentang, dan harus di hukum”. Tidak! Abu Bakar tak lakukan itu.

Bahkan Abu Bakar datang kerumah Khalid bin Saad setiap hari dan tak cerita soal khalifah, tetapi cerita tentang keluarga dll.




Hal itu berlangsung selama enam bulan, barulah hati Khalid bin Saad menjadi lembut dan bertanya: Kenapa kamu datang tiap hari? “Abu Bakar jawab: Aku ingin agar engkau melakukan seperti kaum muslimin iaitu ba’iat. Khalid setuju asalkan ba’iat di rumah. Tetapi Abu Bakar katakan: Lakukan sebagaimana kaum muslimin buat iaitu di masjid. Kerana melihat akhlaq Abu Bakar maka Khalid bin Saad pun ba’iat di masjid.




2. Sifat Lembut Dalam Bertutur





Seorang kafir datang kepada Abu Bakar dan berkata: Wahai Abu Bakar, saat Muhammad SAW masih hidup beliau telah janjikan tanah buat kami di Madinah Demi menyebut Rasulullah SAW maka lembut lah Abu Bakar. Dan dia bermusyawarah dengan para sahabat dimana saat itu Umar RA tidak hadir. Akhirnya Abu Bakar buat kan surat untuk mereka dan mengatakan: “Bawalah surat ini kepada Umar untuk minta persetujuannya”.




Kafirun sampai kepada Umar, setelah di baca isi surat tersebut maka Umar marah dan terus mengoyakannya, sambil berkata: Tidak boleh! Dahulu nabi menjanjikan kepadamu kerana masa itu Islam lemah! Tetapi kini Islam kuat tak ada bahagian bagimu.




Orang itu pergi kepada Abu Bakar dan berniat membuat perpecahan antara Abu Bakar dan Umar dan mengatakan:

Wahai Abu Bakar, engkaukah khalifah atau Umar?

Jika Abu Bakar terjebak maka ia akan emosi dan katakan: Aku yang khlifah! “apakah Umar menentang aku?”

Tetapi dengan lembutnya Abu Bakar berkata: Seandainya di saat itu Umar bersedia di ba’iat kaum muslimin maka Umarlah yang khalifah! “tetapi saat itu ia tak mau.”

Maka kafirun itu pun berlalu tak berhasil membuat perpecahan Abu Bakar dan Umar RA.




Beberapa saat kemudian Umar datang dan memarahi Abu Bakar.

Abu Bakar boleh saja berkata: Saya sudah bermusyawarah dengan kaum muslimin, kenapa tak hadir, kamu yang salah!”

Kerana pada masa itu memang Umar tak hadir. Tetapi pasti Umar akan marah lagi. Dengan hikmahnya Abu Bakar berkata: Wahai Umar! “Bukankan dahulu aku telah katakan bahawa aku lemah, dan engkau kuat, tetapi orang memaksaku menjadi khalifah.

Maka redalah kemarahan Umar.




Saat meminta Umar agar membantunya di Madinah menjadi amir Usama bin Zaid. Maka Abu Bakar dengan lemah lembut menceritakan ehwal kepentingan Umar di Madinah. “Kasihanilah saya, saya lemah, sedangkan kekuatan dia boleh bantu aku di Madinah. skali lagi Usama tak memberi izin ,Abu bakar terus merayu sambil hantar Usama ke pinggir kota Madinah sedangkan dia berjalan kaki. Sampai akhirnya Usama izinkan. Padahal kita faham Usama hanyalah sahabat kecil berusia 13 tahun sedangkan dia(Abu Bakar) seorang khalifah tetapi sikapnya lemah lembut



3.Tak terkesan dengan suasana




Walaupun pada saat itu Madinah siap diserang pemberontak dan tentara Romawi,serta banyak orang Islam Murtad dan tak mau bayar zakat tetapi Abu Bakar tetap hantar Jamaah Usamah dan mengeluarkan semua laki laki dari Madinah sehingga selama tiga hari tidak ada azan.

Banyak sahabat protes tetapi abu Bakar meyakinkan tak ada kejayaan menahan pasukan yang telah dihantar Rasululloh SAW.

Kekhuatiran sahabat kepada Jasad Rasulullah kalau ditinggalkan di Madinah,maka Abu Bakar katakan: Jangan lihat jasad Rasulloh SAW. Tetapi lihatlah agama yang dibawa Rasululloh sudah mula berkurang sedangkan jasad disaat hidup Rasululloh dikorbankan untuk agama,.



Demikianlah akhlak Sayidina Abu Bakar Dalam menyelesaikan Masalah Ummat. Wallahualam.

No comments:

Post a Comment